Friday 26 February 2021

039.Kisah 10 Sahabat Pemetik Janji Syurga

 ••{ Bismillahirrahmanirrahim }••

SIRAH SAHABAT
KISAH 10 SAHABAT PEMETIK JANJI SYURGA
✒ Al-Ustadz Abu Utsman Kharisman Hafizhahullah
UTSMAN BIN AFFAN RADHIYALLAHU'ANHU
bahagian 4️⃣
Berhijrah Dua Kali


Utsman bin Affan radhiyallahu'anhu termasuk Sahabat Nabi yang berhijrah 2 kali. Hijrah dilakukan atas dorongan keimanan, berpindah ke wilayah yang aman dan memungkinkan untuk beribadah dengan tenang kepada ALLAH ﷻ. Utsman bin Affan radhiyallahu'anhu menyatakan:

إِنَّ اللهَ -عَزَّ وَجَلَّ- بَعَثَ مُحَمَّدًا بِالْحَقِّ وَأَنْزَلَ عَلَيْهِ الْكِتَابَ، فَكُنْتُ مِمَّنِ اسْتَجَابَ للهِ وَلِرَسُوْلِهِ وَآمَنَ، فَهَاجَرْتُ الْهِجْرَتَيْنِ الْأُوْلَيَيْنِ، وَنِلْتُ صِهْرَ رَسُوْلِ الله، وَرَأَيْتُ هَدْيَهُ (فضائل الصحابة لأبي عبد الله أحمد بن حنبل
"Sesungguhnya ALLAH ﷻ telah mengutus Muhammad ﷺ dengan kebenaran dan menurunkan Kitab kepada beliau. Aku termasuk orang yang memenuhi seruan ALLAH dan Rasul-NYA serta beriman. Aku berhijrah 2 kali. Aku mendapatkan kedudukan sebagai menantu Rasulullah dan aku melihat petunjuk beliau."
(Fadhail as-Sahabah li Abdillah Ahmad bin Hanbal) 

Hijrah yang pertama menuju Habasyah. Ke negeri yang dipimpin Najasyi, di lingkungan banyak kaum Nasrani. Namun, Najasyi adalah pemimpin yang tidak menghendaki ada siapapun di wilayahnya terzhalimi. Najasyi pimpinan Habasyah itu nantinya masuk Islam dengan sebab dakwah Sahabat Nabi yang berhijrah itu. Beliau masuk Islam sembunyi-sembunyi. Sendirian, di tengah-tengah kaum Nashrani.
Hijrah kedua adalah ke Madinah. Membangun peradaban baru Islam di bawah kepemimpinan dan bimbingan Nabi ﷺ.

Seorang yang berhijrah sekali saja, memiliki keutamaan tersendiri. Apalagi jika berhijrahnya sampai 2 kali, seperti Utsman bin Affan. 
ALLAH ﷻ berfirman:

وَمَنْ يُهَاجِرْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ يَجِدْ فِي الْأَرْضِ مُرَاغَمًا كَثِيرًا وَسَعَةً وَمَنْ يَخْرُجْ مِنْ بَيْتِهِ مُهَاجِرًا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ يُدْرِكْهُ الْمَوْتُ فَقَدْ وَقَعَ أَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا
"Barangsiapa yang berhijrah di jalan ALLAH, ia akan mendapati di bumi (tempat perlindungan aman) yang membuat jengkel musuh dan kelapangan (dalam rezeki di tempat baru). Barangsiapa yang keluar dari rumahnya dengan niat berhijrah kepada ALLAH dan Rasul-NYA, kemudian ia meninggal, telah tertulis pahalanya di sisi ALLAH, dan ALLAH adalah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
[Q.S An-Nisaa' 4:100]

Berhijrah juga merupakan amalan penghapus dosa. Rasulullah ﷺ bersabda kepada Amr bin al-Ash radhiyallahu'anhu:

أَمَا عَلِمْتَ أَنَّ الْإِسْلَامَ يَهْدِمُ مَا كَانَ قَبْلَهُ وَأَنَّ الْهِجْرَةَ تَهْدِمُ مَا كَانَ قَبْلَهَا وَأَنَّ الْحَجَّ يَهْدِمُ مَا كَانَ قَبْلَهُ
"Tidakkah engkau tahu bahawasanya masuknya seseorang ke dalam Islam itu menghapuskan dosa-dosa sebelumnya, dan berhijrah itu menghapus dosa-dosa sebelumnya dan berhaji itu menghapus dosa-dosa sebelumnya?"
(H.R Muslim) 

Syariat hijrah masih akan terus berlangsung hingga hari kiamat. Selama seseorang muslim tertindas di negerinya, tidak mampu lagi mengerjakan kewajiban-kewajiban syar'i, saat itu disyariatkan baginya untuk berhijrah ke tempat lain, ke wilayah kaum muslimin.

لَا تَنْقَطِعُ الْهِجْرَةُ حَتَّى تَنْقَطِعَ التَّوْبَةُ وَلَا تَنْقَطِعُ التَّوْبَةُ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا
"(Syariat) hijrah tidak akan terputus sampai terputus (kemungkinan) taubat. Tidak akan terputus taubat hingga terbitnya matahari dari arah barat."
(H.R Abu Dawud dari Muawiyah)

Hanya saja, khusus untuk penduduk Makkah, tidak akan ada syariat kewajiban berhijrah menuju tempat lain. Kerana Makkah akan terus menjadi negeri Islam.
[Disarikan dari penjelasan Syaikh Ibnu Utsaimin dalam Fathu Dzil Jalaali wal Ikraam syarh Bulughil Maram (5/449)]

Rasulullah ﷺ bersabda:

لَا هِجْرَةَ بَعْدَ الْفَتْحِ
"Tidak ada hijrah lagi (bagi penduduk Makkah) setelah Fathu Makkah."
(H.R al-Bukhari dari Ibnu Abbas dan Ibnu Umar, juga diriwayatkan oleh Muslim dari Aisyah, Ummul Mu'minin radhiyallahu'anha)


...insyaa-ALLAH akan bersambung
(Siri bahasa Malaysia. Juga terdapat di dalam bahasa Indonesia terbitan AtTuqa.)
🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃
Ikhwah Salafy Malaysia
#SirahUtsman4

Saturday 13 February 2021

Doa Setelah Solat Sunnah

 


Pertanyaan:
Doa setelah shalat sunnah (seperti shalat Dhuha dan tahajud), apakah boleh sama seperti doa setelah shalat fardu?

Jawaban:
Sebagaimana yang telah diketahui bersama bahwa suatu ibadah tidaklah sah dan diterima kecuali jika ikhlas dan mutaba’ah (sesuai dengan tuntunan syariat).

Sementara itu, mutaba’ah tidaklah terpenuhi kecuali jika amalan ibadah tersebut sesuai dengan syariat dalam enam perkara:

SEBAB (sebab secara syariat pelaksanaan ibadah tersebut)
Misalnya, seseorang melakukan shalat dua rakaat setiap kali masuk rumahnya dan menjadikannya sebagai ritual setiap masuk ke dalam rumah. Yang seperti ini tidak ada tuntunannya sehingga ibadahnya tertolak.

JENIS (jenisnya sesuai dengan tuntunan syariat)
Misalnya, seseorang berkurban dengan seekor kuda. Jenis hewan kurban yang dia lakukan menyelisihi jenis yang disyariatkan, yaitu unta, sapi, dan kambing.

KADAR (jumlah atau ukuran)
Misalnya, seseorang berwudhu dengan cara membasuh setiap anggota wudhu sebanyak empat kali. Basuhan yang keempat ini tidak diterima/tertolak karena yang ada dalam tuntutan syariat paling banyak tiga kali.

KAIFIAT (tata cara)
Tata cara pelaksanaan ibadah tersebut harus sesuai dengan kaifiat yang telah dituntunkan oleh syariat. Misalnya, ada seseorang yang mengerjakan shalat dengan urutan bersujud sebelum rukuk. Kaifiatnya tidak sesuai dengan tuntunan syariat sehingga ibadah shalatnya tertolak.

WAKTU
Artinya, waktu pelaksanaan ibadah tersebut harus sesuai dengan yang disyariatkan. Seandainya ada seseorang menunaikan shalat Dhuha pada sore hari, maka ibadahnya tersebut tertolak. Sebab, dia telah menempatkan shalat tersebut bukan pada waktu yang telah disyariatkan.

TEMPAT
Jika suatu ibadah memiliki tempat tertentu, ia tidak boleh dilakukan di selain tempat tersebut. Misalnya, tempat iktikaf ada adalah di masjid, maka iktikaf tidak sah jika dilakukan di selain masjid.

Berdasarkan keterangan ringkas di atas, wallahu a’lam, membaca zikir-zikir setelah shalat Dhuha dan tahajud dengan zikir-zikir yang disyariatkan dibaca setelah shalat fardu adalah termasuk amalan yang tidak sesuai dengan tuntunan syariat, dari sisi kaifiat dan penempatan.

Maka dari itu, dikhawatirkan amalan tersebut termasuk dalam sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam,

مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ
“BARANG SIAPA MEMBUAT SESUATU YANG BARU DALAM PERKARA AGAMA INI YANG BUKAN TERMASUK DARINYA, NISCAYA AKAN TERTOLAK.”
(HR. al-Bukhari dan Muslim dari sahabat Aisyah radhiallahu anha)

Dalam riwayat yang lain,
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
“BARANG SIAPA MELAKUKAN AMALAN YANG TIDAK TUNTUNAN KAMI TENTANGNYA, NISCAYA AKAN TERTOLAK.”
(HR. Muslim)

Terlebih lagi, sebagian zikir tersebut di dalam haditsnya disematkan kalimat,
فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ مَكْتُوبَةٍ
“… di belakang setiap shalat wajib.”

Wallahu a’lam bish-shawab.
(Ustadz Abu Ishaq Abdullah Nahar)

Friday 12 February 2021

038.Kisah 10 Sahabat Pemetik Janji Syurga

 ••{ Bismillahirrahmanirrahim }••

SIRAH SAHABAT
KISAH 10 SAHABAT PEMETIK JANJI SYURGA
✒ Al-Ustadz Abu Utsman Kharisman Hafizhahullah
UTSMAN BIN AFFAN RADHIYALLAHU'ANHU
bahagian 3️⃣

Sang Pemilik Dua Cahaya



Dua puteri kandung Nabi ﷺ pernah menjadi isteri Utsman. Tidak ada yang memisahkan mereka sebagai pasangan suami-isteri kecuali kematian.

Kerana pernah menikahi kedua puteri Nabi itulah Utsman bin Affan diberi gelar Dzun Nur Ain yang ertinya: sang pemilik 2 cahaya. Husain al-Ju'fiy (seorang Ulama yang merupakan salah satu perawi hadits dalam Sahih al-Bukhari dan Muslim) pernah bertanya kepada anak saudaranya:
"Tahukah engkau mengapa Utsman diberi gelar 'sang pemilik 2 cahaya'?" Anak saudaranya menjawab: "Saya tidak tahu." Kemudian Husain al-Ju'fi menyatakan:

لَمْ يَجْمَعْ بَيْنَ ابْنَتِىْ نَبِىٍّ مُنْذُ خَلَقَ اللَّهُ آدَمَ إِلَى أَنْ تَقُومَ السَّاعَةُ غَيْرُ عُثْمَانَ بْنِ عَفَّانَ رَضِىَ اللَّهُ عَنْهُ فَلِذَلِكَ سُمِّىَ ذُو النُّورَيْن
"Tidak ada seorang pun yang menikahi 2 puteri seorang Nabi sejak ALLAH ciptakan Adam hingga tegaknya hari kiamat selain Utsman bin Affan radhiyallahu'anhu. Kerana itulah beliau diberi nama Dzun Nur Ain (sang pemilik 2 cahaya)."
[As-Sunan al-Kubra karya al-Baihaqi]

Namun, tentunya kedua puteri Nabi ﷺ itu tidak dinikahi Utsman dalam waktu bersamaan. Kerana memang ALLAH ﷻ melarang hal yang demikian bagi orang beriman.

...وَأَنْ تَجْمَعُوا بَيْنَ الْأُخْتَيْنِ...
"...Dan (diharamkan bagi kalian) menggabungkan 2 saudari kandung (sama-sama menjadi isteri seorang lelaki di waktu bersamaan)..."
[Q.S An-Nisa' ayat 23]

Pertama, puteri Nabi yang dinikahi Utsman terlebih dahulu adalah Ruqayyah. Melalui pernikahan ini terlahir anak Utsman bernama Abdullah. Setelah Ruqayyah meninggal dunia, Utsman kemudian menikahi Ummu Kultsum yang juga merupakan puteri Nabi ﷺ.

Hal itu menunjukkan keutamaan Utsman bin Affan yang menjadi menantu Nabi sebanyak 2 kali. Seorang ayah tidak akan gegabah menikahkan puterinya kepada seseorang. Tentunya Nabi menikahkan Utsman dengan puterinya kerana beliau telah meridhai baiknya agama dan akhlak Utsman. Sebagaimana Nabi memberikan bimbingan kepada para ayah sebagai wali puterinya agar jika datang seorang yang melamar puterinya baik dalam hal deen dan akhlaknya, terimalah:

إِذَا أَتَاكُمْ مَنْ تَرْضَوْنَ خُلُقَهُ وَدِينَهُ فَزَوِّجُوهُ إِلَّا تَفْعَلُوا تَكُنْ فِتْنَةٌ فِي الْأَرْضِ وَفَسَادٌ عَرِيضٌ
"Jika datang kepada kalian seseorang yang kalian ridhai akhlak dan agamanya, nikahkanlah dia. Jika tidak demikian, akan terjadi fitnah di muka bumi dan kerosakan yang besar."
[H.R at-Tirmidzi, Ibnu Majah, sesuai lafadz Ibnu Majah, dari Abu Hurairah, dihasankan Syaikh al-Albani]

Sehingga, jika ada yang mencela Utsman, itu juga mengandung celaan terhadap Rasulullah ﷺ, seakan-akan beliau tidak mampu memilih menantu yang baik.


...insyaa-ALLAH akan bersambung
(Siri bahasa Malaysia. Juga terdapat di dalam bahasa Indonesia terbitan AtTuqa.)
🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃
Ikhwah Salafy Malaysia
#SirahUtsman3