Friday 24 January 2020

024.Kisah 10 Sahabat Pemetik Janji Syurga

••{ Bismillahirrahmanirrahim }••
SIRAH SAHABAT
KISAH 10 SAHABAT PEMETIK JANJI SYURGA
✒ Al-Ustadz Abu Utsman Kharisman Hafizhahullah
UMAR BIN AL-KHATHTHAB RADHIYALLAHU'ANHU
bahagian 🔟


Kisah Umar dan Para Sahabat Saat Akan Memasuki Wilayah yang Terkena Wabah



Umar dan para Sahabat lain yang masih hidup saat itu pernah hendak memasuki wilayah Syam. Namun, ketika belum masuk wilayah itu, ada laporan dari Abu Ubaidah bin al-Jarrah dan pasukannya bahwa di Syam sedang terjangkit wabah penyakit.

Umar kemudian bermusyawarah dengan memilih orang-orang pilihan secara bertahap untuk memutuskan apakah pasukan ini terus masuk ke Syam atau kembali pulang. Awalnya, Umar mengajak bermusyawarah khusus Sahabat Muhajirin yang masih hidup. Para Sahabat Muhajirin ini tidak satu suara. Mereka berselisih. Ada yang berpendapat terus masuk ke Syam, ada juga yang berpendapat kembali ke Madinah.

Kemudian Umar mengajak musyawarah kaum Ansar. Demikian juga, ada perbezaan pendapat di antara mereka. Selanjutnya, Umar mengajak musyawarah masyayikh Quraisy yang berhijrah menjelang _Fathu Makkah_. Mereka tidak ada yang berselisih, berpendapat bahwa sebaiknya kembali pulang.

Umar pun mengumumkan agar pasukan bersiap pulang esok pagi. Kemudian datang Abu Ubaidah bin al-Jarrah radhiyallahu'anhu bertanya kepada Umar: Apakah anda lari dari takdir ALLAH?
Umar menjawab:

نَفِرُّ مِنْ قَدَرِ اللَّهِ إِلَى قَدَرِ اللَّهِ أَرَأَيْتَ لَوْ كَانَتْ لَكَ إِبِلٌ فَهَبَطَتْ وَادِيًا لَهُ عُدْوَتَانِ إِحْدَاهُمَا خَصْبَةٌ وَالْأُخْرَى جَدْبَةٌ أَلَيْسَ إِنْ رَعَيْتَ الْخَصْبَةَ رَعَيْتَهَا بِقَدَرِ اللَّهِ وَإِنْ رَعَيْتَ الْجَدْبَةَ رَعَيْتَهَا بِقَدَرِ اللَّهِ
"Kita lari dari takdir ALLAH menuju takdir ALLAH. Bukankah jika engkau memiliki unta kemudian berhenti (ada pilihan) pada 2 lembah yang memiliki 2 tempat. Satu tempat subur dan tempat yang lain tandus. Bukankah jika engkau gembalakan untamu di tempat yang subur, engkau menggembalakannya dengan takdir ALLAH? Dan jika engkau gembalakan di tempat yang tandus engkau menggembalakannya dengan takdir ALLAH?"

Setelah itu datanglah Abdurrahman bin Auf radhiyallahu'anhu yang sebelumnya tidak hadir kerana ada suatu keperluan, menyampaikan hadits yang pernah didengarnya dari Nabi ﷺ. Abdurrahman bin Auf menyatakan:

إِنَّ عِنْدِي فِي هَذَا عِلْمًا سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِذَا سَمِعْتُمْ بِهِ بِأَرْضٍ فَلَا تَقْدَمُوا عَلَيْهِ وَإِذَا وَقَعَ بِأَرْضٍ وَأَنْتُمْ بِهَا فَلَا تَخْرُجُوا فِرَارًا مِنْهُ
"Sesungguhnya aku memiliki ilmu tentang hal ini. Aku mendengar Rasulullah ﷺ  bersabda:"*
"Jika kalian mendengar di suatu tempat (terjangkit wabah) jangan masuk ke dalamnya. Jika (wabah itu) menimpa suatu tempat sedangkan engkau berada di dalamnya, janganlah keluar kerana lari dari wabah itu."
[H.R al-Bukhari dan Muslim]



Kisah dalam hadits Sahih al-Bukhari dan Muslim tersebut memiliki sekian banyak pelajaran berharga bagi kita. Sedikit faedah atau pelajaran berharaga tersebut di antaranya adalah:

Faedah Pertama
Tawadhu'nya Umar. Meski beliau memiliki ilmu yang luas, pemahaman yang kukuh dan akal yang cerdas, bahkan Nabi mengatakan bahwa ia termasuk yang mendapat ilham, namun beliau tetap bermusyawarah. Apalagi hal itu terkait dengan urusan orang banyak.

Faedah Kedua
Hendaknya yang diajak musyawarah adalah orang-orang pilihan. Sebaiknya yang diikutkan dalam musyawarah adalah orang-orang yang berjumlah sedikit. Agar tidak banyak perselisihan. Umar pada awalnya mengumpulkan hanya Muhajirin, kemudian Ansar saja, kemudian masyayikh Quraisy yang berhijrah sebelum Fathu Makkah. Hal itu juga menunjukkan bahwa pihak yang diajak bermusyawarah secara terpisah memiliki kekhususan tersendiri. Misalkan, awalnya mengajak musyawarah para pemimpin, kemudian berikutnya mengajak musyawarah tersendiri para Ulama dan seterusnya.

Faedah Ketiga
Melakukan aksi atau tindakan-tindakan tertentu sebagai penyebab adalah bahagian dari takdir ALLAH. Bukan penafian terhadap takdir ALLAH. Seseorang yang tidak mahu masuk ke suatu wilayah yang terkena wabah, ia menghindar dari wabah itu kerana takdir ALLAH juga.

Faedah Keempat
Musyawarah adalah untuk hal-hal yang tidak memiliki nas hujjah yang jelas. Jika telah ada hujjah dalil yang tegas, itulah yang diambil. Tidak perlu dimusyawarahkan lagi.

Faedah Kelima
Diterimanya khabar ahad dalam hadits. Meski pun yang menyampaikan hadits hanya seorang, iaitu Abdurrahman bin Auf radhiyallahu'anhu saja, itu sudah cukup dan diterima.

Faedah Keenam
Kadangkala seseorang yang berilmu tidak mengetahui suatu hadits. Ada orang yang tingkatan keilmuannya di bawahnya, pernah mengetahui adanya suatu hadits. Sekian banyak Sahabat termasuk Umar tidak pernah mendengar hadits Nabi itu. Barulah mereka tahu setelah disampaikan oleh Abdurrahman bin Auf.
[disarikan dari penjelasan Syaikh Ibnu Utsaimin dalam syarh Shahih Muslim (7/20-26)]


...insyaa-ALLAH akan bersambung
(Siri bahasa Malaysia. Juga terdapat di dalam bahasa Indonesia terbitan AtTuqa.)
🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃
Ikhwah Salafy Malaysia
#SirahUmar10