Friday 1 November 2019

019.Kisah 10 Sahabat Pemetik Janji Syurga

••{ Bismillahirrahmanirrahim }••
SIRAH SAHABAT
KISAH 10 SAHABAT PEMETIK JANJI SYURGA
✒ Al-Ustadz Abu Utsman Kharisman Hafizhahullah
UMAR BIN AL-KHATHTHAB RADHIYALLAHU'ANHU
bahagian 6⃣


Tidak Tergesa-gesa Menyebar Berita yang Tidak Jelas
Pernah beredar isu bahwa Nabi ﷺ telah menceraikan para isteri beliau. Isu ini berkembang saat Nabi melakukan ila' (bersumpah untuk tidak berhubungan dengan para isteri beliau selama sebulan). Nabi selama sebulan tidak memasuki rumah isteri mana pun. Beliau menyendiri di ruangan khusus. Ruangan yang penuh kesederhanaan.

Sebahagian kaum muslimin sudah meyakini bahwa Nabi telah benar-benar menceraikan para isteri beliau. Hal itu terasa sangat menyedihkan bagi mereka. Sesuatu yang terasa berat dirasakan Nabi, turut pula memukul perasaan  para Sahabat. Bagi mereka, perasaan sedih yang dirasakan Nabi, lebih dahsyat pengaruhnya dibandingkan berita serangan musuh Ghassan dari Syam.

Padahal, sebenarnya itu sekedar isu. Nabi tidak menceraikan para isterinya. Beliau melakukan ilaa' sekedar untuk memberi pelajaran kepada para isteri, ibunda kaum beriman.

Tetangga Umar bin al-Khaththab yang pertama kali mengetuk pintu rumah Umar. Seorang Sahabat Ansar ini memang selalu bergantian dengan Umar mendatangi majlis Nabi. Jika di suatu hari dia bekerja mencari penghidupan bagi keluarganya, Umarlah yang mendatangi majlis Nabi, mendulang ilmu atau perintah-perintah mahupun hikmah penting dari Nabi. Keesokannya, giliran Sahabat Ansar ini yang mendatangi majlis Nabi sedangkan Umar bekerja. Bagi yang dapat hadir di majlis Nabi, menyampaikan kepada tetangganya yang tidak dapat hadir. Demikianlah harmoni yang indah tanpa mengabaikan kewajiban pada keluarga dan juga kewajiban menuntut ilmu.

Suatu hari, pintu rumah Umar diketuknya dengan keras, hingga Umar pun bergegas keluar dengan pakaian seadanya. Seorang Sahabat Anshar tetangga Umar ini kemudian berkata:

"Telah terjadi peristiwa besar!"* Umar bertanya: "Apakah pasukan Ghassan datang menyerang?" Sahabat Anshar itu berkata:
"Ini lebih gawat lagi. Nabi ﷺ telah menceraikan para isteri beliau!"

Pasukan Ghassan adalah kaum kafir perwakilan Rom yang ada di Syam yang berpotensi menyerang kaum Muslimin di Madinah. Dalam beberapa hari sebelum itu beredar khabar rencana penyerangan pasukan Ghassan tersebut. Namun ternyata, bagi sebagian Sahabat Nabi, khabar bahawa Nabi menceraikan para isterinya itu lebih dahsyat dibandingkan jika pasukan Ghassan benar-benar menyerang Madinah.

Umar bin al-Khaththab radhiyallahu'anhu kemudian bertekad untuk memastikan kebenaran informasi itu. Beliau menempuh cara-cara yang sesuai dengan adab yang baik dan tepat.

Di masjid, Umar melihat banyak wajah-wajah bersedih. Para Sahabat memukul-mukulkan kerikil ke tanah, dalam suasana muram. Umar mendatangi anaknya yang juga merupakan isteri Nabi, iaitu Hafshah radhiyallahu'anha. Beliau menasihatinya dengan nasihat yang keras dan berpengaruh. Umar juga bertanya kepada anaknya,

"Apakah Nabi menceraikan engkau?" Hafshah menyatakan, "Aku tidak tahu." Hafshah menjawab demikian sambil berurai air mata. Umar pun bergegas ingin menemui Nabi. Beliau mengetahui bahwa Nabi berada di suatu ruangan khusus dekat tempat penyimpanan makanan beliau untuk keluarganya. Di luar terlihat ada hamba sahaya Nabi yang bernama Rabah sedang berjaga. Umar mengetahui bahwa Nabi berada di tempat yang posisinya di atas. Umar pun berkata kepada Robah,

"Mintakan izin untuk aku bertemu dengan Rasulullah ﷺ." Rabah hanya memandang ke arah Umar kemudian melihat ke arah Nabi tanpa berucap apa pun. Kembali Umar berkata kepada Rabah agar meminta izin untuk menemui Nabi, tapi Rabah tidak berucap apa pun. Pada kali ketiga, Umar kemudian berteriak keras,

"Wahai Rabah, mintakanlah izin aku untuk bertemu dengan Rasulullah ﷺ. Aku menyangka beliau mengetahui bahawa maksud kedatanganku adalah terkait Hafshah. Demi ALLAH, jika Nabi memerintahkan kepadaku untuk memenggal leher Hafshah, nescaya aku akan melakukannya!!"
Umar berteriak dengan demikian keras agar terdengar oleh Nabi. Nabi pun mendengar teriakan Umar itu. Beliau memberikan isyarat agar Umar dipersilakan masuk ruangan dan naik ke tempat yang di atas.

Tempat itu sangat sederhana. Bukan tangga seperti sekarang yang kita kenal untuk mencapai bagian atasnya. Tapi sekadar pelepah kurma. Nabi sedang berbaring di atas tikar kasar. Kepalang kasarnya tikar itu sampai menimbulkan guratan di kulit Nabi yang mulia. Umar pun memandang ke arah tempat penyimpanan makanan. Ternyata yang ada hanya sekadar ukuran 1 so' gandum, sekitar 4 kali cedukan 2 telapak tangan manusia normal. Melihat demikian sederhananya kehidupan Nabi, Umar bin al-Khaththab menangis. Nabi bertanya,
"Apa yang menyebabkan engkau menangis wahai Umar?" Umar menyatakan, "Bagaimana aku tidak menangis melihat keadaan anda, wahai Rasulullah? Tikar yang menjadi alas anda sedemikian kasar hingga mengguratkan bekas di kulit anda. Aku juga melihat persediaan makan yang ada di ruangan ini seperti yang kulihat (hanya sedikit sekali). Padahal anda adalah manusia pilihan yang dicintai ALLAH. Sebaliknya, para penguasa Rom dan Parsi mereka bermegah-megahan dengan berlimpahnya harta dunia, sedangkan mereka kaum yang tidak menyembah ALLAH." Nabi bersabda:

"Tidakkah engkau rela wahai putera al-Khaththab, jika kita mendapatkan (kenikmatan) akhirat, sedangkan bagi mereka (kenikmatan) dunia?" Dalam riwayat lain Nabi bersabda:
"Mereka adalah orang-orang yang disegerakan balasan kebaikannya (hanya untuk) kehidupan dunia."

Umar menceritakan suasana saat itu. Pada awalnya pada wajah Nabi ﷺ terlihat kemarahan. Namun, secara beransur-angsur kemarahan itu mereda, berubah menjadi keceriaan. Beliau beberapa kali tersenyum dalam perbincangan yang hangat dengan Umar. Umar berkata kepada Nabi, "Apakah memberatkan anda dengan keadaan para isteri anda? Sebenarnya, jika anda menceraikan mereka, sesungguhnya ALLAH akan bersama anda. Demikian juga para Malaikat: Jibril dan Mikail, aku, Abu Bakr, dan kaum beriman akan bersama anda." Subhanallah, ternyata ucapan Umar ini dibenarkan oleh ALLAH ﷻ. ALLAH menurunkan firman-NYA surah At-Tahrim ayat 4;

...وَإِنْ تَظَاهَرَا عَلَيْهِ فَإِنَّ اللَّهَ هُوَ مَوْلَاهُ وَجِبْرِيلُ وَصَالِحُ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمَلَائِكَةُ بَعْدَ ذَلِكَ ظَهِيرٌ
"...dan jika kalian berdua bersekongkol untuk menyakiti Nabi, sesungguhnya ALLAH adalah pelindungnya. Demikian juga Jibril, orang-orang soleh dan para Malaikat (lainnya) akan menolongnya."
[Q.S At-Tahrim 66:4]

Kemudian Umar bertanya tentang isu yang berkembang, apakah Nabi telah menceraikan para isteri beliau. Nabi menjawab: "Tidak." Mendengar jawaban itu, Umar bertakbir sebagai ungkapan syukur. Kemudian Umar menyampaikan kepada Nabi bahwa saat tadi ia melihat di masjid banyak wajah murung kerana merasa sangat sedih dan menganggap Nabi telah menceraikan para isteri beliau. "Apakah aku boleh mengkhabarkan berita ini kepada manusia", tanya Umar. Nabi pun mempersilakan. Umar pun bergegas turun menuju masjid. Sampai di pintu masjid Umar berteriak keras:
"Nabi tidaklah menceraikan para isterinya."

Turunlah firman ALLAH dalam ayat yang menjadi pembahasan kita kali ini, surat An-Nisa' ayat 83, yang memberikan bimbingan bagi kaum beriman dalam menerima informasi, tidak tergesa-gesa menyebarkannya. Umar bin al-Khaththab radhiyallahu'anhu berkata: "Aku termasuk orang yang beristinbath (menggali informasi langsung dari sumbernya/ pihak yang sewajarnya) seperti yang disebutkan dalam ayat itu."

Kisah perjuangan Umar dalam menggali informasi yang benar bahwa Nabi tidak menceraikan isteri beliau tersebut terdapat dalam hadits yang diriwayatkan dalam Sahih al-Bukhari dan Muslim. Khusus hadits yang menyebutkan bahwa kisah itu melatarbelakangi turunnya surat An-Nisa' ayat 83, terdapat dalam Sahih Muslim Kitabut Thalaq.



...insyaa-ALLAH akan bersambung
(Siri bahasa Malaysia. Juga terdapat di dalam bahasa Indonesia terbitan AtTuqa.)
🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃
Ikhwah Salafy Malaysia
#SirahUmar6