Sunday 17 February 2013

■ Cemerlangkah Cahaya Di Lubuk Jiwa? ■


Kala heningku menilik diri,
Dihanyut khayal haruman setanggi,
Diganding cahaya dian gemilang indah berseri,
Namun, wangiannya pupus dimakan bara,
Peri kilauan kian turut sirna,
Tiada sakti tiada abadi.

Ku sangkakan márifat si mata burung,
Rupanya pesona perangkap menanti dari bawah tempurung,
Ku kira suluk meningkat berpindahnya maqam,
Hanyasanya ujub di hati kian subur menghitam,
Akulah yang terperusuk di penjuru rindu,
Aku jua yang keliru dan buntu,
Pada dambaan kasih masih belum ketemu.

Ku menongkah bangkit dari rebah.
Merangkak-merangkak berdikit mencari arah,
Biarlah punah angan biarlah lesap bersama igauan,
Dariku hanyut dibawa arus tak berhaluan,
Dari tersesat meniti simpang-siur beribu jalan,
Ku rencanakan kembali mencari pedoman.

Demi mengisi kontang taman sanubari hidup mau berTuhan.





Abu Maryam Muhammad'96